Makalah Masa Orde Baru
MASA ORDE BARU
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Dosen
Pengampu :
Nanang Tri Handoko, M.H.
Disusun oleh :
Eko
Febri Setiono (210717182)
Fajar
Baskoro (210717183)
Ferdinda
Ayu Maulidya (210717199)
Geang
Ake Priambodho (210717196)
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Orde baru
merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk memisahkan antara kekuasaan
Soekarno (orde lama) dengan masa Suharto. Sebagai masa yang menandai sebuah
masa baru setelah pemberontakan Gerakan 30 Sempember tahun 1965. Orde baru
lahir sebagai upaya untuk mengoreksi total penyimpangan pada masa Orde Lama,
penataan kembali seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan Negara Indonesia.
Setelah orde
baru memgang tapluk kekuasaan dan mengendalikan pemerintah, muncul suatu
keinginan untuk terus menerus mempertahankan status quo. Hal ini menimbulkan
ekses negativ, yaitu semakin jauh dari tekan Orde Baru tersebut. Akhirnya
berbagai macampenyelewengan dan penyimpangan dari nilai nilai Pancasila dan UUD
1945.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
latar belakang lahirnya Orde Baru?
2. Bagaimana
Pelaksanaan Pancasila di
era Orde Baru?
3. Bagaimana
Kelebihan dan Kekurangan pada Masa
Orde Baru?
4. Bagaimana
Kehidupan Politik pada
Orde Baru?
5. Bagaimana
Runtuhnya Pemerintah Era Orde Baru?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Latar
Belakang Lahirnya Pemerintah Orde Baru
Lahirnya era orde baru
dilatarbelakangi oleh runtuhnya orde lama. Tepatnya pada saat runtuhnya
kekuasaan Soekarno yang lalu digantikan oleh Soeharto. Salah satu penyebab yang
melatarbelakangi runtuhnya orde lama dan lahirnya orde baru adalah keadaan
keamanan dalam negri yang tidak kondusif pada masa orde lama. Terlebih lagi
karena adanya peristiwa pemberontakan G30S PKI. Hal ini menyebabkan presiden
Soekarno memberikan mandat kepada Soeharto untuk melaksanakan kegiatan
pengamanan di indonesia melalui surat perintah sebelas maret atau Supersemar.[1]
A.
Kronologis
Lahirnya Orde Baru
a) Terjadinya
peristiwa Gerakan 30 September 1965
b) Keadaan
Politik dan keamanan Negara menjadi kacau karena peristiwa Gerakan 30 September
1965 ditambah adanya konflik di angkatan darat yang sudah berlangsung lama
c) Keadaan
Perekonomian semakin memburuk dan inflasi mencapai 600% sedangkan upaya
pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan harga bahan bakar
menyebabkan timbulnya keserahan masyarakat
d) Reaksi
keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa pembunuhan besar besar
yang dilakukan oleh PKI. Rakyat melakukan demo menuntut agar PKI beserta
Organisasi Masanya dibubarkan
e) Wibawa
dan kuasaan presiden Soekarno semakin menurun setelah upaya untuk mengadili
tokoh tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September
1965 tidak berhasil dilakukan meskipun telah dibentuk Mahkamah Militer Luar
Biasa (Mahmilub)[2].
2.
Pelaksanaan
Pancasila di Era Orde Baru
Pancasila Pada
Masa Orde Baru (1965-1998) Terlaksananya dengan dasar
“supersemar” dan TAP MPRS no. XXXVII/MPRS/1968 periode ini disebut juga
demokrasi pancasila, karena segala bentuk penyelanggaraan negara berlangsung
berdasarkan nilai-nilai pancasila
Ciri-ciri umum :
1. Mengutamakan musyawarah
mufakat
2. Mengutamakan
kepentingan negara dan masyarakat
3. Tidak
memaksakan kehendak kepada orang lain
4. Selalu
diliputi oleh semangat kekeluargaan
5. Adanya rasa tanggung jawab dalam
melaksankan hasil keputusan musyawarah
6. Dilakukan
dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur
7. Keputusan dapat
dipertanggungjawabkan kepada tuhan Yang Maha Esa berdasarkan nilai kebenaran
dan keadilan
Orde baru muncul dengan tekad untuk melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Semangat tersebut muncul
berdasarkan pengalaman sejarah dari pemerintahan sebelumnya yang telah
menyimpang dari Pancasila serta UUD 1945 demi kepentingan kekuasaan. Akan
tetapi, yang terjadi sebenarnya adalah tidak jauh berbeda dengan apa yang
terjadi pada masa orde lama, yaitu Pancasila tetap pada posisinya sebagai alat
pembenar rezim otoritarian baru di bawah Soeharto.
Seperti rezim otoriter pada umumnya lainnya,
ideologi sangat diperlukan orde baru sebagai alat untuk membenarkan dan
memperkuat otoritarianisme negara. Sehingga Pancasila oleh rezim orde baru
kemudian
ditafsirkan sedemikian rupa sehingga membenarkan dan
memperkuat otoritarianisme negara. Maka dari itu Pancasila perlu
disosialisasikan sebagai doktrin komprehensif dalam diri masyarakat Indonesia
guna memberikan legitimasi atas segala tindakan pemerintah yang berkuasa. dalam
diri masyarakat Indonesia. Adapun dalam
pelaksanaannya upaya indroktinisasi tersebut dilakukan melalui berbagai cara,
mulai dari pengkultusan Pancasila sampai dengan Penataran P4. Upaya pengkultusan
terhadap pancasila dilakukan pemerintah orde baru guna memperoleh kontrol
sepenuhnya atas Pancasila dan UUD 1945. Pemerintah orde baru menempatkan
Pancasila dan UUD 1945 sebagai sesuatu yang keramat sehingga tidak boleh
diganggu gugat. Penafsiran dan implementasi Pancasila sebagai ideologi
terbuka, serta UUD 1945 sebagai landasan konstitusi berada di tangan negara. Pengkultusan Pancasila juga tercermin dari penetapan
Hari Kesaktian Pancasila setiap tanggal 1 Oktober sebagai peringatan atas kegagalan
G 30 S/PKI dalam upayanya menggantikan Pancasila dengan ideologi komunis.
Sosialisasi
Pancasila melalui Penataran P4 Pada
era Orde Baru, selain dengan melakukan pengkultusan terhadap Pancasila,
pemerintah secara formal juga mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila melalui
TAP MPR NO II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(P4) di sekolah dan di masyarakat. Siswa, mahasiswa, organisasi sosial, dan
lembaga-lembaga negara diwajibkan untuk melaksanakan penataran P4. Tujuan
dari penataran P4 antara lain adalah membentuk pemahaman yang sama mengenai
demokrasi Pancasila sehingga dengan pemahaman yang sama diharapkan persatuan
dan kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara. Melalui
penegasan tersebut maka opini rakyat akan mengarah pada dukungan yang kuat
terhadap pemerintah Orde Baru. Selain sosialisasi nilai Pancasila dan
menerapkan nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa, dalam kegiatan penataran
juga disampaikan pemahaman terhadap Undang- Undang Dasar 1945 dan Garis Besar
Haluan Negara (GBHN). Pelaksanaan penataran P4 sendiri menjadi tanggung jawab
dari Badan Penyelenggara Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (BP7). Akan tetapi cara
melakukan pendidikan semacam itu, terutama bagi generasi muda, berakibat fatal.
Pancasila yang berisi nilai-nilai luhur, setelah dikemas dalam penataran P4,
ternyata justru mematikan hati nurani generasi muda terhadap makna dari
nilai luhur Pancasila tersebut. Hal itu terutama disebabkan oleh karena
pendidikan yang doktriner tidak disertai dengan keteladanan yang benar.
Setiap hari para pemimpin berpidato dengan selalu mengucapkan kata-kata
Pancasila dan UUD1945, tetapi dalam kenyataannya masyarakat tahu bahwa kelakuan
mereka jauh dari apa yang mereka katakan. Perilaku itu justru semakin membuat
persepsi yang buruk bagi para pemimpin serta meredupnya Pancasila sebagai
landasan hidup bernegara, karena masyarakat menilai bahwa aturan dan norma
hanya untuk orang lain (rakyat) tetapi bukan atau tidak berlaku bagi para
pemimpin. Atau dengan kata lain Pancasila hanya
digunakan sebagai slogan yang menunjukkan kesetiaan semu terhadap pemerintah
yang sedang berkuasa.[3]
3.
Kelebihan
dan
Kekurangan pada Masa Orde Baru
Kelebihan sistem
pemerintahan Orde Baru :
1)
Sukses transmigrasi
2)
Sukses KB
3)
Sukses memerangi buta
huruf
4)
Sukses swasembada
pangan
5)
Pengangguran minimum
6)
Sukses REPELITA
(Rencana Pembangunan Lima Tahun)
7)
Sukses Gerakan Wajib
Belajar
8)
Sukses Gerakan Nasional
Orang-Tua Asuh
9)
Sukses keamanan dalam
negeri
10) Investor
asing mau menanamkan modal di Indonesia
11) Sukses
menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri
Kekurangan
Sistem Pemerintahan Orde Baru :
1) Semaraknya
korupsi, kolusi, nepotisme
2) Pembangunan
Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan pembangunan antara pusat
dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar disedot
ke pusat
3) Munculnya
rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan, terutama
di Aceh dan Papua
4) Kecemburuan
antara penduduk setempat dengan para transmigran yang memperoleh tunjangan
pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun pertamanya
5) Bertambahnya
kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya dan si
miskin)
6) Pelanggaran
HAM kepada masyarakat non pribumi (terutama masyarakat Tionghoa)
7) Kritik
dibungkam dan oposisi diharamkan
8) Kebebasan
pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang dibredel
9) Penggunaan
kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan program “Penembakan
Misterius”
10) Tidak
ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden selanjutnya)
11) Menurunnya
kualitas birokrasi Indonesia yang terjangkit penyakit Asal Bapak Senang, hal
ini kesalahan paling fatal Orde Baru karena tanpa birokrasi yang efektif negara
pasti hancur.
12) Menurunnya
kualitas tentara karena level elit terlalu sibuk berpolitik sehingga kurang
memperhatikan kesejahteraan anak buah.
13) Pelaku
ekonomi yang dominan adalah lebih dari 70% aset kekayaaan negara dipegang oleh
swasta[4]
4.
Politik
Pada Masa Orde Baru
A. Penataan
Politik Dalam Negeri
Pada masa Orde Baru keadaan politik dan keamanan
Negara menjadi kacau karena peristiwa G-30S/PKI. Rakyat menuntut agar PKI
beserta Organisasinya dibubarkan serta tokoh tokohnya diadili. Pembentukan
kesatuan aksi berupa Front Pancasila yang selanjutnya lebih dikenal dengan
angkatan 66 untuk menghancurkan tokoh yang terlibat dalam Gerakan 30 September
1965. Beberapa upaya yang dilakukan dalam melaksanakan kehidupan politikOrde
Baru, yaitu sebagai berikut :
1. Pembentukan
Kabinet Pembangunan
Kabinet awal pada masa
peralihan kekuasaan (28 Juli 1966) adalah Kabinet AMPERA dengan tugas yang
dikenal dengan nama Dwi Darma Kabinet Ampera, yaitu meciptakan stabilitas
politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan pembangunan
nasional. Selanjutnya setelah sidang MPRS tahun 1968 menerapakan Soeharto
sebagai Presiden untuk masa jabatan 5 tahun, dibentuk kabinet yang baru dengan
nama Kabinet Pembangunan dengan tugasnya yang disebut dengan Pancakrida.
2. Pembubaran
PKI dan Organisasi massanya
Soeharto sebagai pengemban supersemar
guna menjamin keamanan, ketenangan, serta kestabilan jalannya pemerintah.
Pembubaran PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan dikukuhkannya
ketetapan MPRS No.9 Tahun 1966, dikeluarkan pula keputusan yang menyatakan
bahwa PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia. Pada tanggal 8 Maret 1966
dilakukan pengamanan 15 orang menteri yang dianggep terlibat G30S/PKI.
3. Penyederhanaan
dan Pengelompokan Partai Politik
Setelah pemilu 1974 maka dilakukan
penyederhanaan jumlah partai tapi bukan berarti menghapuskan partai tertentu
sehingga dilakukan penggabungan sejumlah partai.
Sehingga
pelaksanaannya kepartaian tidak lagi didasarkan pada ideologi tetapi atas
persamaan progam.
B. Penataan
Politik Luar Negeri
Di
samping membina politik dalam negeri, Pemerintah pada Masa Orde Baru juga
membina politik Luar Negeri. Berikut upaya upaya pembaharuan yang dilakukan
dalam Politik Luar Negeri :
1) Indonesia
Kembali Menjadi Anggota PBB
Indonesia kembali menjadi anggota PBB
dikarenakan adanya desakan dari Komisi bidang pertahanan keamanan dan luar
negeri DPR GR terhadap pemerintah Indonesia. Pada tanggal 3 Juni 1966 akhirnya
di sepakati bahwa Indonesia harus kembali menjadi Anggota PBB dan badan badan
internasional lainnya dalam rangka menjawab kepentingan nasional yang semakin
mendesak.
2) Membekukan
Hubungan Diplomatik dengan Republik Rakyat Cina
Sikap politik Indonesia yang membekukan
hubungan diplomatik dengan RRC disebabkanpada masa G30S/PKI, RRC membantu PKI
dalam melaksanakan kedute tersebut. RRC dianggap terlalu mencampuri urusan
dalam negeri Indonesia.
3) Normalisasi
Hubungan Dengan Negara Lain
Peran aktif Indonesia juga ditunjukkan
dengan menjadi salah satu Negara pelopor berdirinya ASEAN. Menteri Luar Negeri
Indonesia Adam Malik bersama Menteri luar negeri/ perdana menteri Malaysia,
Filipina, Singapura, dan Thailand menandatangani kesepakatan yang disebut
Deklarasi Bangkok pada Tanggal 8 Agustus 1967.[5]
5.
Berakhirnya
Masa Era Orde Baru
Pada
pertengahan tahun 1997, terjadi krisis moneter yang melanda beberapa negara di
kawasan Asia, termasuk indonesia. Keberhasilan pembangunan yang telah dicapai
pemerintah Orde Baru menjadi goncang setelah dilanda badai, yakni adanya krisis
moneter terus berlanjut ke krisis-krisis
selanjutnya.
a) Krisis moneter
1) Ketergantungan
Indonesia pada modal asing sangat tinggi
2) Ketergantunagn
Indonesia pada barang-barang impor
3) Ketidak
mampuan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
b) Krisis ekonomi
1) Lemahnya
investasi sehingga dunia industri dan usaha mengalami keterpurukan
2) Produktifitas
dunia industrimengalami penurunan sehingga PHK menjadi satu-satunya alternatif
3) Angaka
pengangguran tinggi sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat menjadi sangat
rendah
c) Krisis politik
Sebagian
besar masyarakat hanya ingin kehidupan yang tertib, tenang, damai, adil,
makmur, dll. Namun semua itu tidak bisa lepas dari pemerintahan Presiden
Suharto. Oleh karena itu, jawaban yang paling realistik adalah menuntut
Presiden Suahrto untuk turun dari jabatannya.
d) Krisis sosial
Demonstrasi, Kerusuhan, Kekacauan, Pembakaran, Penjarahan, Pengangguran, PHK
e) Krisis hukum
Kekuasaan
kehakiman yang merdeka dari kekuasaan pemerinath belum dapat di realisasikan.
Bahkan dalam praktiknya, kekuasaan kehakiman menjadi pelayanan kepentinagn para penguasa
dan kroni-kroninya. Memang
harus di akui bahwa sistem peradialan pada masa orde baru tidak dapat dijadiakan barometer untuk mewujudkan
pemerintahan yantg bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Di tengah gencarnya
desakan mahasiswa agar Presiden Soeharto segera mengambil sikap untuk melakukan
reformasi dalam segala bidang. Presiden Soeharto menilai bahwa reformasi
hendaknya harus tetap konstruktif dan tidak terjebak dalam pemikiran dan
sikap yang mengganggu stabilitas. Pernyataan presiden Soeharto yang disampaikan
Mendagri R. Hartono bahwa jika ada keinginan reformasi di bidang politik harus
mempersiapkan diri setelah tahun 2003.
Apabila
reformasi dilakukan maka dapat mengganggu stabilitas bangsa. Di tengah masyarakat
indonesia yang sedang sulit menghadapi krisis ekonomi, harga sembilan bahan
pokok terus melambung. Untuk mengatasi krisis, pemrintah mengambil inisiatif
menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Daya Listrik (TDL). Menteri
pertambangan dan energi (Mentamben) Kuntoro Mangkusubroto menjelaskan,
berdasarkan Keppres no.69 / 1998, mulai pukul 00.00 WIB tanggal 5 Mei 1998,
harga BBM dinaikan antara 25 %-71%. Kenaikan harga BBM menimbulkan keresahan
rakyat indonesia. Harga-harga sembako dan kebutuhan lain mengalami peningkatan
tajam. Melihat
keadaan yang demikian, mahasiswa melakukan domonstrasi menuntut adanya
reformasi di segala bidang. Di Yogyakarta. Aksi mahasiswa berlangsung di kampus
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Insitut Seni Indonesia (ISI), dan
Universitas Gajah Mada (UGM), tidak ketinggalan juga , para pelajar SMU yang
tergabung dalam Gabungan Aksi Pelajar Cinta Indonesia (GAPCI) iktu melakukan
aksi menuntut reformasi di gedung DPRD DIY. Mereka menuntut
pemerintah agar segera melakukan reformasi. Sudah tidak ada alasan lagi untuk
melakukannya setelah 2003. Demonstrasi juga berlangsung di beberapa kota di
Indonesia.[6]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam pemerintahan orde lama
maupu orde baru banyak ditemukan penyimpangan terhadap pancasila dan UUD 1945.
Penyelenggaraan Negara yang menyimpang dari ideology pancasila dan mekanisme
Undang-Undang Dasar 1945 telah mengakibatkan ketidak seimbangan kekuasaaan
diantara lembaga-lembaga Negara dan makin jauh dari cita demokrasi dan
kemerdekaan yang ditandai dengan berlangsungan nya sistem kekuasaan presiden
berlebihan yang melahirkan budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme sehingga
terjadi krisis multidimensional pada hamper seluruh aspek kehidupan.
[1]Dani, https://danidjosono.wordpress.com/2013/10/06/sejarah-lahirnya-orde-baru/, diakses pada 25
Oktober 2017.
[2]Amelia
Srikarta Putri, http://ameliasrikartaputri.blogspot.co.id/2013/09/pelaksanaan-pancasila-pada-masa-orde-baru.html?m=1, diakses pada tanggal 25 Oktober 2017.
[3]http://ameliasrikartikaputri.blogspot.co.id/2013/09/pelaksaan-pancasila-pada-masa-orde-baru.html, diakses pada tanggal
25 Oktober 2017.
[4] Sandra, kelebihan dan
kekurangan sistem pemerintahan Orde Baru, https://www.google.com/search?hl=in-Id&ie=utf-8&source=android-browser&q=kelebihan+dan+kekurangan+orde+baru,
diakses pada tanggal 25 oktober 2017.
[5] http://www.fredomsiana.com/2016/11/kehidupan-politik-bangsa-indonesia-pada.html?m=1#, Diakses pada tanggal 25 Oktober 2017.
[6]http://usaha321.net/berakhirnya-pemerintahan-orde-baru.html, diakses pada tanggal 25
oktober 2017.
Begimana cara donwlod ini makala
BalasHapus